Bebantan Laman adalah Ritual Bersih Kampung
Ritual tahunan suku Dayak tomun dilaksanakan setiap tanggal 7 bulan juli
setiap Tahunnya. Tradisi ini merupakan ritual bersih kampung dan
benda-benda pusaka yang dipimpin oleh pemuka adat yang disebut mantir
bebatan. Pada saat ini masih dilaksanakan di beberapa tempat diKabupaten
Lamandau terutama di kecamatan Delang.
Tahukah Kamu?
Acara Ritual Bebantan Laman merupakan salah satu acara Ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Dayak Tomun yang menganut kepercayaan Hindu
Kaharingan. Acara Ritual ini bertujuan untuk mengusir roh-roh Jahat,
menjauhkan masyarakat desa dari malapetaka dan untuk mendapatkan
keselamatan. Dalam Acara Ritual ini juga dilakukan pembersihan
benda-benda pusaka yang dimiliki masyarakat dayak tomun...
Dimeriahkan dengan Berbagai kegiatan, seperti Bamboo Rafting (Rakit Bambu).
Bamboo Rafting Meriahkan Ritual Adat Bebantan Laman - guna memeriahkan kegiatan ritual adat Bebantan Laman
(bersih-bersih kampung) tahun 2015, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
(Disparsenibud) Kabupaten Lamandau mengadakan lomba susur sungai
menggunakan rakit (Bamboo Rafting), Sabtu (4/7/2015). Lomba yang diikuti 31
tim dari 10 desa di Kecamatan Delang ini memulai start di Jembatan
Sungai Sitongah dan finish di Topin Balai Kudangan.
Tradisi Ini menjadi pemandangan menarik lho !!!
TRADISI membasuh benda pusaka, masih lestari di Kecamatan Delang,
Kabupaten Lamandau. Di kecamatan paling utara di wilayah Lamandau itu,
tradisi ini disebut Bebantan Laman. Meski selalu berlangsung sederhana,
tiap kali ritual Bebantan Laman digelar, selalu menjadi pemandangan
menarik bagi banyak orang.
benda pusaka yang dicuci merupakan barang yang sudah berusia sekitar dua
abad.
Prosesi itu bukan hanya sekadar mencuci. Tetapi, kegiatan tersebut juga
bermakna sebagai pelestarian tradisi umat agama Kaharingan. “Benda-benda
pusaka yang dicuci di antaranya berupa keris, batu-batuan, mata tombak
dan benda-benda keramat lainnya.
pencucian benda keramat tersebut dipimpin loleh ketua adat dengan
menggunakan darah ayam yang dicampur dengan tuak. Mereka meyakini,
dengan membersihkan benda-benda pusaka tersebut, dapat mengusir roh
jahat dan hal-hal tidak baik dari kampung mereka, sehingga diharapkan
mendapat berkah.
Agar panen ladang berhasil, buah-buahan subur, diberi
kesehatan dan kesejahteraan.
Sebelum melakukan ritual, pemangku adat juga diharuskan berpuasa selama
tiga hari. Mereka dilarang makan dan minum selain tuak dan pinang.
Sumur:
https://www.youtube.com/watch?v=eF-Zjv1xCi4&feature=youtu.be
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=4755
http://www.lamandaukab.go.id/portal/lamandaukab/situs-mobile/berita/0F8FE3D6A7D5A29.htm
0 komentar:
Posting Komentar